Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Sila (Pali: sīla; Sanskerta: śīla), juga dikenal sebagai moralitas, latihan kemoralan, etika, atau akhlak, merupakan salah satu dari tiga bagian utama Jalan Mulia Berunsur Delapan dalam Buddhisme. Sila merupakan pedoman bertingkah laku yang berpegang teguh pada komitmen untuk menjaga dan memelihara keselarasan serta pengendalian diri. Dorongan utama dari sila adalah semangat antikekerasan atau terbebas dari sebab suatu kerusakan atau kesengsaraan. Sila ini sering digambarkan sebagai suatu bentuk kebajikan dan kedisiplinan moral.[1][2] Di beberapa kesempatan, sila dideskripsikan berbeda sebagai prinsip dasar,[3] sikap yang benar,[4] tanggung jawab moral,[5] disiplin moral[6] dan penerimaan.
Sīla merupakan suatu perilaku kesusilaan yang berasal dari dalam diri individu, dijalankan dengan penuh kesadaran dan niat dari dalam diri individu, serta dilaksanakan berdasarkan komitmen individu untuk menempuh jalur kebebasan dari segala penderitaan (dukkha). Sīla ini pun merupakan suatu bentuk komitmen sepenuh hati dari diri individu terhadap apa yang menjadi kebajikan. Sīla ini sendiri memiliki dua aspek yang sangat penting yang meliputi "kinerja yang tepat" (caritta) dan "pantangan yang tepat" (varitta). Selain itu, menghormati dan memuliakan ajaran-ajaran sīla dianggap sebagai hadiah atau pemberian yang agung (mahadana) terhadap sesama karena hal tersebut dapat menimbulkan suasana kehormatan, kepercayaan, dan keamanan.[7]
Pedoman moral dalam Buddhisme terangkum dalam Tipitaka dan tradisi masyarakat awal Buddhisme. Sebagian besar ahli Buddhisme menyandarkan dasar moralitas dan etika Buddhisme pada pesan-pesan Sang Buddha yang tertulis dalam Tipitaka serta bukti-bukti antropologis berupa tradisi yang dipegang teguh oleh masyarakat Buddhis.[8]